Suku Batak | Cahaya Kehidupan

Suku Batak



Pusaka Orang Batak, Sumatera Utara

Piso gaja dompak adalah senjata tradisional yang berasal dari Sumatera Utara. Nama piso gaja dompak diambil dari kata piso yang berarti pisau yang berfungsi untuk memotong atau menusuk, bentuk runcing dan tajam dan gaja dompak yang berarti sebutan bagi ukiran bepernampang gajah pada tangkai senjata tersebut.  Senjata merupakan senajta khas suku Batak. Suku Batak sendiri adalah suku asli yang tinggal di wilayah Sumatera Utara. Nenek moyang suku batak sendiri diduga berasal dar Austronesia namun tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya orang Austronesia pertama kali menduduki Tapanuli. Suku batak sendiri terdiri dari beberapa sub etnis seperti batak karo, batak mandailing, batak simalungun, batak pakpak, batak angkola dan batak toba. Keragaman budaya batak tentu saja tidak dapat dipisahkan dari hegemoni kerajaan batak yang berkuasa di tanah sumatera utara selama berabad-abad.
Piso gaja dompak, senjata khas suku batak yang juga merupakan pusaka kerajaan batak. Keberadaan senjata ini tidak dapat dipisahkan dari perannya dalam perkembangan kerajaan Batak juga kepemimpinan raja-raja dari kerajaan Batak. Senjata ini hanya digunakan di kalangan raja-raja saja. Senjata ini bisa merupakan senjata yang istimewa. Mengingat senjata ini juga merupakan sebuah pusaka kerajaan, senjata ini tidak diciptakan untuk membunuh atau melukai orang lain. Sebagai benda pusaka senjata ini dianggap memiliki kekuatan supranatural, yang akan memberikan kekuatan spiritual kepada pemiliknya. Senjata ini juga merupakan benda yang dikultuskan dan kepemilikan senjata ini adalah sebatas keturunan raja-raja atau dengan kata lain senjata ini tidak dimiliki oleh orang di luar kerajaan.
Proses Mendirikan Rumah.
Sebelum mendirikan rumah, masyarakat Batak lebih dulu mengumpulkan bahan-bahan bangunan yang diperlukan, proses pengumpulan ini biasa disebut dalam bahasa Batak Toba “mangarade”. Bahan-bahan yang diinginkan antara lain tiang, tustus (pasak), pandingdingan, parhongkom, urur, ninggor, ture-ture, sijongjongi, sitindangi, songsong boltok dan ijuk sebagai bahan atap. Juga bahan untuk singa-singa, ulu paung dan sebagainya yang diperlukan.





Rumah balai batak toba


Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara. Pola perkampungan pada umumnya berkelompok. Kelompok bangunan pada suatu kampung umumnya dua baris, yaitu barisan Utara dan Selatan. Barisan Utara terdiri dari lumbung tempat menyimpan padi dan barisan atas terdiri dari rumah adat, dipisahkan oleh ruangan terbuka untuk semua kegiatan sehari-hari.
Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan tanduk kerbau, sehingga rumah adat itu menyerupai kerbau.
Punggung kerbau adalah atap yang melengkung, kaki-kaki kerbau adalah tiang-tiang pada kolong rumah. Sebagai ukuran dipakai depa, jengkal, asta dan langkah seperti ukuran-ukuran yang pada umumnya dipergunakan pada rumah-rumah tradisional di Jawa, Bali dan daerah-daerah lain. Pada umumnya dinding rumah merupakan center point, karena adanya ukir-ukiran yang berwarna merah, putih dan hitam yang merupakan warna tradisional Batak.
Ruma Gorga Sarimunggu yaitu ruma gorga yang memiliki hiasan yang penuh makna dan arti. Dari segi bentuk, arah motif dapat dicerminkan falsafah maupun pandangan hidup orang Batak yang suka musyawarah, gotong royong, suka berterus terang, sifat terbuka, dinamis dan kreatif.
Ruma Parsantian didirikan oleh sekeluarga dan siapa yang jadi anak bungsu itulah yang diberi hak untuk menempati dan merawatnya. Di dalam satu rumah dapat tinggal beberapa keluarga , antara keluarga bapak dan keluarga anak yang sudah menikah. Biasanya orangtua tidur di bagian salah satu sudut rumah. Seringkali keluarga menantu tinggal bersama orangtua dalam rumah yang sama.
Rumah adat Batak Toba pada bagian-bagian lainnya terdapat ornamen-ornamen yang penuh dengan makna dan simbolisme, yang menggambarkan kewibawaan dan kharisma. Ornamen-ornamen tersebut berupa orang yang menarik kerbau melambangkan kehidupan dan semangat kerja, ornament-ornamen perang dan dan sebagainya. Teknik ragam hias terdiri dari dua cara, yaitu dengan teknik ukir teknik lukis. Untuk mengukir digunakan pisau tajam dengan alat pemukulnya (pasak-pasak) dari kayu. Sedangkan teknik lukis bahannya diolah sendiri dari batu-batuan atau pun tanaga yang keras dan arang. Atap rumah terbuat dari ijuk yang terdiri dari tiga lapis. Lapisan pertama disebut tuham-tuham (
satu golongan besar dari ijuk, yang disusun mulai dari jabu bona tebalnya 20 cm dan luasnya 1x1,5 m2). Antara tuham yang satu dan dengan tuham lainnya diisi dengan ijuk agar permukaannya menjadi rata. Lapisan kedua, yaitu lalubaknya berupa ijuk yang langsung diambil dari pohon Enau dan masih padat, diletakkan lapis ketiga. Setiap lapisan diikat dengan jarum yang terbuat dari bambu dengan jarak 0,5 m.

LUMPANG
Merupakan alat tradisional untuk membuat bumbu dapur jenis kacang-kacangan dan jenis bumbu yang mempunyai dimensi sedang. Lumpang berukuran besar juga digunakan untuk menumbuk padi oleh masyarakat jawa tengah dan sekitarnya.

• Fungsi : Sebagai alat untuk menumbuk bumbu dapur berupa kacang-kacangan atau jenis bumbu lainnya yang mempunyai ukuran sedang. Lumpang mempunyai bermacam-macam ukuran. Lumpang dengan ukuran besar juga digunakan untuk menumbuk padi untuk menjadi beras.
• Bahan : Lumpang terbuat dari batu candi atau batu gunung yang sangat keras, sedangkan “Alu” terbuat dari kayu ringan yang keras. Seperti kayu nangka, kayu sonokeling, kayu jati dan kayu jawa lainnya.
• Dimensi : Dimensi ukuran lumpang bermacam-macam. Pada gambar merupakan lumping berukuran kecil dengan dimensi alas 15 cm dan dimensi atas berdiameter 25 cm dengan tinggi 20cm. Sedangkan “alu” sebagai alat tumbuk berukuran panjang 50cm dengan diameter lingkar sesuai kenyamanan tangan si pemakai.
alat penumbuk yang terbuat dari batu disebut Lumpang batu. Dari beberapa penggalian purbakala diperoleh kesimpulan bahwa lumpang batu telah ada sejak zaman prasejarah, tepatnya ketika masa megalitikum. Lumpang batu purba diantaranya ditemukan di Kabupaten Lima Puluh Kota - Sumatera Barat; Kecamatan Gunung Megang, Muara Enim – Sumatera Selatan; dan Kabupaten Soppeng - Sulawesi Selatan. Lumpang pada gambar diatas berbentuk lingkaran pada mulut alatnya dan terdiri dari berbagai macam ukuran. 
Sumber : wikipedia.org

0 Response to "Suku Batak"

Post a Comment

Translate